Seringnya terjadi miss
interpretasi pemula dalam dunai investasi saham terhadap berbagai informasi
portofolio menggerakkan penulis untuk memetakan beberapa model yg berkembang
dini ini.
Adapun yg sering terdengar
misalnya batasi kerugian sebesar tidak lebih dari -8%, level kerugian yg
dipasrahkan dengan fluktuasi harga dg rata rata Range > 8%, menjadikan
peluang pemula mendapatkan optimalisasi portofolio menjadi bias.
Kenyataannya ARA dan ARB biasa
terjadi, dan Rangenya adalaha 35% ,
Berikut beberapa model Portofolio
Money Manajemen yg berkembang dan saling disempurnakan satu sama lainnya dg
tujuan mendapatkan optimalisasi, masing masing cara tidak salah namun
bergantung pada kecocokan investor dalam menerapkan model berikut ini.
1. Portofolio Equal Portion Model
Dengan membagi
rata sama besar, misalnya modal 10juta dalam 8 sektor dipilih satu saham paling
unggul, kemudian dari 10 juta dibagi 5 menjadi 1,25 juta per saham.
Makin banyak
pembagian, makin sedikit resiko yg di terima, namun portofolio model ini
tidaklah optimal sehingga perlu dikembangkan.
Kelebihan model
ini adakah simple dan mudah diterapkan pemula, sementara Kekurangannya tidak
memperhitungkan resiko individu tiap saham,
rata rata yg
menerapkannya pasti pernah mengalami masa nyangkut sehingga cara ini merupakan
cara konvensional yg tidak awet untuk dijalankan.
2. Portofolio Capital Allocation Model
Sebelum
menggunakan metode ini, pengguna metode harus mengenali karakteristik
tradingnya apakah agresif, moderat, atau konservatif.
Kelebihannya dari
model ini adalah psikologi menjadi lebih tenang karena rata rata meiibatkan
instrumen defensif seperti deposito dll.
Profile Resiko
|
Porsi Penempatan
Portofolio
|
||
Resiko Tinggi
|
Resiko moderat
|
defensif
|
|
Konservatif
|
20%
|
10%
|
70%
|
Moderat
|
50%
|
25%
|
25%
|
Agresif
|
60%
|
30%
|
10%
|
Kemudian masing
masing kelompok risiko dibagi menjadi jumlah saham yg ingin dipegang sesuai
trading plan.
Kelemahan metode
ini investor akan kerepotan menemukan dan mengalokasikan dana ke instrument
berbeda, berbagai instrument tentunya memiliki konsekuensi yg berbeda misalnya
proses administratif, jatuh tenpo, masa panen, atau mekanisme sistem
investasinya.
Fokus metode ini
adalah perlindungan Dana yg di tempatkan pada instrument dg resiko dan return yg
sudah terpetakan.
Misalnya dana
ditempatkan di Reksadana, Sukuk, bisnis real, budidaya tanaman dsb.
Ada juga yg
memakai strategi Formasi pemain bola atau basket. LQ45 sebagai garda depan, FA
bagus , sementara yg secend liner di belakang seakan pemain pengganti, dsb.
3. Portofolio Percentage Based Risk Model
Model ini
bertitik berat dan berfokus pada Resiko, jika sebelumnya resiko disebarkan dengan
penempatan instrument berbeda, maka
model ini dapat digunakan pada satu buah instrument saja, dalam hal ini saham,
meski perspective bisnis jg dapat mencerminkan model ini.
Resiko dipetakan
dengan di tentukan berdasarkan kesanggupan “ihlas” kehilangan atau sincerity
level.
Dapat dimulai
dari berapa resiko maksimal pertahun?, berapa resiko maksimal perbulan?, berapa
Resiko Maksimal per transaksi?.. adapun besarannya tentunya berfariasi sesuai
profile resiko investor itu sendiri, misalnya Modal trading 100jt kemudian
hanya sanggup kehilangan 5jt selama sebulan, maka resiko perbulan (Risk Per
Mounth) sebesar 0.5% saja.
Resiko sebulan
di bagi kembali menjadi resiko per transaksi dg memetakan Volalitas Range persaham,
ditentukan Range maksimal kita bisa masuk, misalnya 15%.
Kemudian apabila
sekenario resiko tersebut didistribusikan kepada Range Harga volalitas menjadi
jumlah Size buy Lot,. Apabila sejumlah
Lot tersebut mencapai titik Stop nya maka kerugian hanya terjadi sebesar yg
kita ihlaskan hilang.
Jika Size Buy
tidak dibatasi, maka pertanyaan selanjutnya, dananya mana ? J..
Untuk menghindari
bias, maka diperlukan optimalisasi,
Size Buy akan sangat
berfariasi, karena resiko yg sanggup diterima rata rata kecil, sehingga Size
Buy juga kecil, otomatis Kinerja Equity jg kecil.
Optimalnya Hold
Saham antara 4 – 12 saham untuk memperkecil resiko, bila dana 100% artinya
untuk memegang 4 saham Relative Sise Buy to EQ sebesar 100%/4saham = 25% , jadi
max Size Buy to EQ 25%
Dari tinjaun Max
Buy based Risk, biasanya seiring dg batas resiko yg upgrade, jatah Buy based
risk lebih besar daripada relative size Buy to EQ.
Sebijaknya tetap
memperhatikan Size Buy agar max hold saham terdiversifikasi dg optimal.
4. Dynamic Risk Per Trade
Dengan menggunakan
Angka Dinamic Risk, Saham yg sama bisa sj memiliki action lot yg berbeda
tergantung dynamic risk, dynamic risk besar semakin besar jg Buy Lot.
Penentuan Dynamic
Risk mempertimbangkan :
- Kondisi market; Bullish or
Bearish or sideways.
- Performance 5 transaksi
terakhir
- MPT Markowitz; Memperhitungkan
resiko dan karakter individu tentang volalitas harga
- Kualitas sinyal entry (bisa
terbantu dg systematical trading krn fix dan bukan discreational trading)
Total Point dr faktor tersebut di atas kan menjadi Dynamic Risk per Trade yg akan menjadi penentu besaran Size Buy Optimal.
Dengan demikian, berbagai macam model portofolio diatas tidaklah paling benar satu sama lainnya, melainkan kembali kepada kecocokan masing masing investor dalam menjalaninya..
pertanyaan berikutnya, anda cocok ?
Banjarmasin, 15 Januari 2019