SEDIA PAYUNG SEBELUM HUJAN

Seorang trader maupun investor sering berfokus pada metode atau cara cara menghasilkan return setinggi mungkin dan secepat mungkin, wajar karena ini memang sifat manusiawi..
Pada banyak petuah dan nasehat dari para Trader berpengalaman dan profesional, sering di analogikan sebagai berikut :




Money manajemen memiliki porsi yang paling banyak yakni 55%, mengapa MM menjadi sangat dominan?..
menurut Diah amini, menjadi kaya memang harapan banyak orang, tapi memaksa untuk secepatnya kaya tanpa planning yang tepat itu sama saja konyol. Semakin banyak mengelola uang semakin harus diperketat batasan resikonya.

Mari kita petakan menjadi 2 sekenario dan disimulasikan dengan kondisi sebagai berikut:


  • Modal awal Rp. 100.000.000,-
  • Tanpa Deposit bulananan, sehingga performa terpetakan dg sederhana dengan unit penyertaan tetap.
  • Gain loss profit dihitung sama, namun dengan penerapan MM yg berbeda sekenarionya.
  • Disimulasikan mengalami goncangan portofolio dengan kerugian -100% dari transaksi sebanyak 3x yg di sebar secara random, misalnya kejadian suspend, atau turun harga dalam sampai minimal Rp.50.
Mari kita petakan menjadi 2 sekenario dan disimulasikan dengan kondisi sebagai berikut:

sekenario pertama..

Tidak membuat rencana siap rugi berapa % 
   dan hanya mengandalkan insting untuk cutloss
hold selama mungkin. 
Membagi total modal dengan sederhana sebanyak 3 posisi per-tahun.

Sekenario kedua..
menjalankan MM dengan Baik 
membagi rata resiko per perdagangan 3 %
Mematuhi jatah kuota Resiko per tahun 10%
Sehingga max posisi yg boleh diambil 10% / 3% = 3 posisi.

Sekenario pertama ketika disimulasikan sebagai berikut:

disini terbaca pada tahun ke 4, investasi mengalami kerugian besar pada posisi porto 1 dan 2 dengan total kerugian  -Rp 80.437.049,- ..
pada level psikologis seperti ini, dari total kelola dana Rp. 117.141.333,- menjadi Rp 36.704.284,- merupakan sebuah bencana besar bagi tata kelola investasi kita, dan biasanya menjadi titik balik bahwa trading atau investasi saham bukanlah cara hidup kita.

Lalu Bagaimana bila memutuskan tetap bangkit dan menjalankan sekenario di atas tanpa belajar MM lebih lanjut?, .. dengan menghasilkan profit dari dana tersisa, profit mulai terkumpul kembali dan ternyata pada tahun ke-8 mengalami sebuah bencana kembali, namun karena sudah pernah terjadi kegagalan dan berpengalaman, hanya mengalami kegagalan 1x sebesah -100% pada 1 posisi.

Apakah masih kuat trading atau investasi lagi apabila tidak mengaku bahwasanya kita memang salah. ?


Selanjutnya kita lihat penerapan sekenario 2

Dengan Kondisi Gain Loss Portofolio yg sama namun memakai MM yg baik, total kerugian hanyalah -Rp6.271.246,- , dibandingkan dengan total modal, dana kita masih utuh dan selamat,

Sekenario dilanjutkan hingga tahun ke 8 dan hasilnya kerugian juga bisa diminimalisir.
Dengan meminimalisir kerugian, kesempatan mendapatkan profit lebih lebar dan psikologis tetap terjaga, walaupun kinerja masih minus.


Bila dibandingkan kinerjanya aple to aple maka kinerja 2 sekenario di atas sebagai berikut

Terlihat jelas bahwa dana kita aman dengan skenario 2, walaupun bila dilihat secara partial kinerja kita masih minus.

menentukan nominal rugi tidaklah mudah, semakin besar dana yg kita tabung, semakin sulit ihlas kehilangan, semakin ketat dan kecil nilai RPT (resiko per perdagangan).

Bagaimana menyiasatinya?.. adalah dengan seberapa mudah kita memperoleh besaran dana sebulan.. Misalkan, bisa menghasilkan 5jt sebulan dg sangat mudah,

maka nominal at risk per mounth kita sebesar 5jt.

berapa jumlah uang yg sangat mudah anda hasilkan dan biasa anda habiskan tanpa merasa kehilangan..? jawabannya relatif...
maka, sebelum datangnya hujan badai,.. sudahkan anda membawa payung..?


Banjarmasin, 17.12.2018